Senin, 07 September 2009

Bab 3 Sabar Dalam Menghadapi Kesusahan Dalam Perjalanan Haji- Hadits Ke-2

Hadits ke-2

Diriwayatkan dari 'Aisyah r.ha. secara marfu' bahwa sesungguhnya para malaikat bersalaman dengan jamaah haji yang datang dengan menaiki kendaraan dan berpelukan dengan jamaah haji yang datang dengan berjalan kaki. (Ithaaf) 

Keterangan
Diriwayatkan apabila Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma sakit, maka ia akan berkata, “Aku tidak menyesalkan sesuatu sebagaimana penyesalanku terhadap diriku ketika aku belum pernah pergi berhaji dengan berjalan kaki. Hal itu disebabkan karena Allah swt. Berfirman:

"Dan serulah manusia untuk berhaji, mereka datang kepadamu dengan berjalan dan berkendaraan unta yang telah kurus. Mereka datang dari segenap penjuru yang jauh." (Q.s. Al-Haj: 27) dalam ayat ini, orang yang pergi berhaji dengan berjalan kaki disebutkan terlebih dahulu. ( Durrul-Mantsur ). Ayat ini beserta terjemahannya telah dituliskan di permulaan kitab ini.
Mujahid rah.a. berkata, “Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimussalaam menunaikan haji dengan berjalan kaki.” ( Durrul-Mantsur ). Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Nabi Adam a.s. berjalan kaki dari India untuk berhaji sebanyak seribu kali. (At-Targhib) Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa beliau a.s. pergi berhaji sebanyak 40 kali dengan berjalan kaki. ( Kitab Ithaaf ) Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa kebiasaan para nabi ‘alaihimussalaam adalah pergi berhaji dengan berjalan kaki. ( Ithaaf )

Mulla Ali Qari’ rah.a. menulis bahwa ketika telah memasuki tanah Haram, yang paling utama adalah berjalan kaki. Imam Ghazali rah.a. menulis bahwa yang paling utama bagi orang yang mampu adalah berjalan kaki. Karena, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ketika hampir wafat telah berwasiat kepada anak-anaknya supaya pergi berhaji dengan berjalan kaki. Ia juga berkata, “Orang yang berjalan kaki akan dituliskan baginya 700 kebaikan dari setiap langkahnya, dan setiap satu kebaikan sama dengan seratus ribu kebaikan. Oleh karena itu, yang paling utama bagi orang yang biasa berjalan kaki, jika ia mendapati jalan dalam keadaan aman, hendaknya ia pergi berhaji dengan berjalan kaki. Akan tetapi syaratnya adalah dalam keadaam aman. Dan paling tidak, ketika berangkat ke Arafah untuk menunaikan ibadah hajii hendaknya para pemuda dan orang yang mampu untuk berjalan berangkat dengan berjalan kaki. Karena di samping mendapatkan pahala yang banyak, perkara-perkara yang mustahab bisa terjaga di setiap tempat. Jika terikat dengan kendaraan, seseorang tentu tidak bisa bebas berhenti di setiap tempat. Sehingga, banyak sekali perkara-perkara yang mustahab yang tidak bisa dikerjakan, sedangkan perjalanan ini pun tidak begitu jauh. Pada tanggal 8 Dzulhijjah berangkat dari Makkah ke Mina yang jaraknya hanya tiga mil. Kemudian pada tanggal 9 di waktu pagi berangkat dari Mina ke Arafah yang jaraknya hanya 5 mil atau 6 mil saja. Persinggahan-persinggahan yang jaraknya berdekatan ini tidaklah berat bagi orang-orang yang masih muda dan orang-orang yang mampu berjalan kaki. Dan pahalanya sangat banyak, yakni setiap langkahnya akan mendapat pahala 70.000.000 kebaikan. Dalam sebuah riwayat juga disebutkan bahwa ketika Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berwasiat kepada putra-putranya agar pergi haji dengan berjalan kaki, maka putra-putranya bertanya, “Dari mana kita mulai berjalan kaki?” Ia menjawab, “Ketika hendak berangkat dari Makkah, maka mulailah berjalan kaki.” Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa barangsiapa yang berjalan kaki dari Mina sampai Arafah, ia akan mendapatkan 100.000 hasanah tanah Haram. Diriwayatkan dari Syaikh Ali bin Syuaib rah.a. bahwa ia melakukan ibadah haji dengan berjalan kaki dari Nisapur lebih dari enam puluh kali. Dan diriwayatkan dari Syaikh Mughirah bin Hakim rah.a. bahwa ia berhaji dengan berjalan kaki dari Makkah Mukarramah lebih dari 50 kali. Juga diriwayatkan dari Syaikh Abul Abbas rah.a. bahwa ia menunaikan ibadah haji 80 kali dengan berjalan kaki. Dan Syaikh Abu Abdillah Maghribi pergi berhaji 97 kali dengan berjalan kaki. (Ithaaf) Tidak dapat dibayangkan, betapa banyaknya pahala mereka itu karena mereka mendapatkan 70.000.000 kebaikan dari setiap langkahnya.
Qadhi Iyadh rah.a. menulis di dalam kitabnya Asy-Syifa’ bahwa seorang wali telah menempuh semua perjalanan hajinya dengan berjalan kaki. Ketika orang-orang mengatakan bahwa untuk apa bersusah payah, ia menjawab, “Seorang hamba yang telah lari dari Tuannya, apakah ia akan kembali untuk menghadap dengan naik kendaraan? Seandainya aku mampu berjalan dengan kepala (kepala di bawah), maka aku akan menghadap Tuanku dengan cara seperti itu.” Ini adalah satu contoh kecil dalam menahan kesusahan ketika-melakukan perjalanan haji. Begitu juga setiap perkara yang bertentangan dengan tabiat, apabila kita bersabar terhadapnya, maka juga akan mendatangkan pahala. Karena terdapat sabda Nabi saw. yang telah dimuat di permulaan bab ini, yakni beliau bersabda kepada ‘Aisyah r.ha., “Pahalamu sesuai dengan kadar kesusahanmu.” dan ini meliputi berbagai macam kesusahan. Oleh karena itu, hendaknya kita menghadapi setiap penderitaan semampu mungkin dengan senang hati. Pahala haji yang sangat banyak itu hendaknya jangan disia-siakan dengan mengadukan kesusahannya kepada orang dan dengan mengucapkan perkataan yang tidak baik. Imam Ghazali rah.a. menulis bahwa samasekali tidak patut seseorang yang sedang melakukan ibadah haji berulang kali menegur dan mencari keburukan sesama jamaah haji, pemilik kendaraan yang ia tumpangi, dan orang-orang selain mereka. Akan tetapi, hendaknya ia berlemah lembut kepada setiap orang, dan selalu berpegang pada akhlak yang baik. Tidak menyakiti orang lain itu bukanlah dikatakan sebagai akhlak yang baik, tetapi akhlak yang baik adalah menahan perasaan sakit yang datang dari orang lain. Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan bahwa menunaikan ibadah haji dengan naik kendaraan lebih utama, karena dengan berjalan kaki, kadang-kadang timbul di dalam diri seseorang perasaan kesal dan marah. Dan dalam perjalanan haji, seseorang hendaknya sangat berhati-hati terhadap datangnya kemarahan. Oleh karena itu, orang-orang yang karena berjalan kaki akhlaknya menjadi rusak dan timbul di dalam hatinya kesedihan dan kesempitan, hendaknya ia tidak menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki. ( Ithaaf )
Kesenangan, kegembiraan, dan keririduan adalah ruhnya ibadah haji. Perjalanan haji hendaknya ditempuh dengan senang hati sebagaimana seorang pecinta berjalan ke kota kekasihnya dengan penuh semangat dan kerinduan, sehingga ia tidak mempedulikan teriknya matahari, turunnya hujan, istirahat, penderitaan, dan cacian. Sebuah syair dalam bahasa Urdu mengatakan:
"Kebiasaan orang yang jatuh cinta adalah berkorban dengan jiwa dan raga (demi kekasihnya), juga menanggung kesedihan dan penderitaan, dan berkorban dengan sungguh-sungguh."

0 komentar:

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Blog ini berusaha menyampaikan kutipan-kutipan ayat-ayat suci Al Qur'an maupun hadits-hadits Nabi SAW, mengenai keutamaan melaksanakan ibadah haji dan umroh. Semoga bermanfaat ya...

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP