Bab 4 Hakikat Haji Bag 2
Banyak sekali orang kaya yang diberi oleh Allah swt. harta yang melimpah ruah yang sampai ke tanah Hijaz dengan cepat setelah diberikan paspornya dengan pemeriksaan ringan. Begitulah keadaan jenazah yang mempunyai simpanan amal yang melimpah ruah, ia tidak takut akan seluruh keadaan di dalam kubur, ia tinggal di dalamnya dengan tenang seperti seorang pengantin sehingga masa yang panjang sampai hari Kiamat akan berlalu untuknya dalam waktu beberapa menit atau beberapa jam. Ia akan tidur di dalam kubur seperti sepasang pengantin yang tidur di atas ranjang dengan berselimutkan kain sutra dan selimut yang sangat halus pada malam pertama. Kemudian dua helai kain ihram yang putih selalu mengingatkannya kepada kain kafan. Bila dilihat dengan pandangan Ibrah, maka selama ia memakai pakaian ihram, hendaknya ia ingat bahwa tubuhnya dibungkus dengan kain kafan. dan ucapan Labbaik (saya hadir) pada saat ihram mengingatkan berlariannya semua orang ketika mendengar suara orang (malaikat) yang menyeru pada hari kiamat.
"Pada hari itu semuanya akan mengikuti orang (malaikat) yang menyeru (dari sisi Allah swt.)"
Dan masuk ke Makkah Mukarramah seakan-akan masuk ke alam kubur. Di Makkah Mukarramah ada harapan untuk mendapatkan rahmat Allah swt., karena Makkah adalah Darul-Aman. Akan tetapi, karena amal buruknya, orang hendaknya selalu merasa takut kalau-kalau di tempat yang aman pun ia tidak mendapatkan keamanan. Jamaah haji yang tinggal di Makkah Mukarramah selalu memperbaharui ingatan tentang harapan itu. Adanya Makkah Mukarramah sebagai tempat yang aman selalu mengingatkan kita kepada rahmat Allah, maghfirah-Nya, karunia-Nya, dan pemberian-Nya. Dengan mengingat seluruh amal buruknya yang telah ia kerjakan semasa hidupnya, maka ia akan teringat satu bait syair yang berbunyi:
Jika setelah mati tidak hidup tenang, maka mau lari ke mana.
Memandang Baitullah mengingatkan kita ketika melihat rumah Al-Malik pada hari Kiamat. Dan karena Baitullah adalah tempat munculnya kehebatan, keagungan, dan kebesaran Allah swt., hendaknya kita datang ke Baitullah dengan penuh adab sebagaimana menerapkan adab pada waktu hadir di istana raja. Thawaf di Baitullah mengingatkan thawafnya para malaikat di Arsy Mualla di mana mereka selalu mengerjakan thawaf di sana. Menangis dengan berselimutkan kelambu Ka’bah dan menangis di Multazam adalah seperti perbuatan seseorang yang bersalah kepada seorang tuan yang baik dan yang memenuhi segala keperluannya, ia menangis dengan memegang ujung bajunya supaya dimaafkan, dan menangis sambil memegang dinding Baitullah, karena inilah satu-satunya jalan agar dosa-dosanya dimaafkan. Dan ini juga merupakan gambaran menangis pada hari Kiamat karena teringat akan dosa. Kemudian Sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan ketika kita berlari ke sana dan kemari pada hari Mahsyar. Firman Allah swt.:

"Mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan" (QS. Al-Qomar- 7)
Menurut pendapat saya, pemandangan ini memperbaharui ingatan kita kepada pemandangan Kiamat yang sangat ajaib, yang kisahnya disebutkan di dalam hadits secara terperinci. Yaitu, pada hari Mahsyar, ketika semua makhluk dalam keadaan susah dan mereka sedih karena banyaknya musibah, mereka akan berfikir bahwa para nabi adalah orang-orang yang sangat tinggi derajatnya di sisi Allah swt. Dan hamba Allah yang makbul, maka jalan keselamatan dari musibah ini adalah dengan mendatangi para nabi dan meminta mereka supaya memberikan syafaat kepada mereka. Maka, pertama-tama mereka akan datang kepada Nabi Adam a.s. dan berkata, “Engkau adalah bapak kami. Allah swt. Menciptakan engkau dengan tangan-Nya. Dan Allah swt. telah menyuruh para malaikat bersujud di hadapanmu. Allah swt. sendiri telah mengajarkan kepadamu nama-nama setiap benda dan sebagainya, maka syafaatilah kami. Maka beliau menjawab, “Aku tidak bisa. Kalau aku ditanya, ‘Mengapa engkau memakan buah yang telah dilarang untuk dimakan?,’ maka aku akan menjawab apa?. Pergilah kalian kepada Nabi Nuh a.s.. Orang-orang ini akan datang kepada Nabi Nuh a.s. dalam keadaan susah. Beliau juga akan menyatakan tidak mampu. Beliau akan berkata, “Pada waktu terjadi banjir, aku telah meminta kepada Allah swt. supaya menyelamatkan anakku, dan ini adalah permintaan yang tidak pada tempatnya.” Pergilah kalian kepada Nabi Ibrahim a.s.. Beliau juga akan menyatakan ketidak mampuannya. Beliau akan menyuruh mereka supaya pergi kepada Nabi Musa a.s. Beliau juga tidak bisa mensyafaati mereka. Lalu beliau menyuruh mereka pergi kepada Nabi Isa a.s.. Beliau akan menyuruh mereka pergi kepada Rasulullah saw.. Dan kemuliaan ini hanya untuk Nabi Muhammad s.a.w.. Pada hari yang sangat menakutkan itu, beliau akan mengawali memberikan syafaat. Kisah ini sangat panjang. Di sini saya hanya ingin menunjukkan pemandangan tentang keadaan pada hari Mahsyar ketika orang-orang akan berlarian ke sana kemari dalam keadaan susah. Hari itu adalah hari yang sangat keras. Padang Arafah adalah gambaran yang persis dengan gambaran padang Mahsyar. Mereka berkumpul di padang yang gersang di bawah terik matahari dalam keadaan mengharap rahmat Allah swt. dan takut akan dosa-dosanya. Menurut pendapat saya, perkara yang patut direnungkan di padang Arafah adalah janji yang telah diambil dengan firman-Nya pada zaman azali. Yakni, di alam arwah, Allah swt. telah bertanya kepada semua ruh, “Bukankah Aku ini tuhan kalian?” Semua menjawab dengan serentak, “Benar, Engkau adalah Rabb kami.” Di dalam kitab Misykat terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang menyebutkan bahwa perjanjian ini terjadi di padang Arafah. Maka, waktu dan tempat ini adalah waktu untuk mengingat akan janji yang telah kita ikrarkan dan dengan cara apa kita telah menyempurnakan janji itu. Setelah itu, mengenai perkumpulan-perkumpulan di Muzdalifah, Mina, dan sebagainya, Imam Ghazali rah.a. berkata, “Berdesak-desakannya orang-orang, ramainya orang, berbedanya bahasa, berbedanya suara dan berjalannya setiap orang di belakang pemimpinnya di tempat-tempat itu mengingatkan akan pemandangan berjalannya setiap orang di belakang nabi dan pemimpin masing-masing pada hari Kiamat. Dan berlarinya setiap orang di alam yang penuh kesusahan dan ketakutan, kadang berlari ke sana dan kadang ke mari. Di tempat-tempat ini, hendaknya setiap orang selalu merendahkan diri dan banyak menangis karena ini akan berguna di alam akhirat.
Inilah rangkaian haji secara ringkas yang memperbaharui ingatan mengenai pemandangan-pemandangan di akhirat. Di sini saya menuliskannya dengan kata-kata yang ringkas sebagai isyarat saja. Bila dipikirkan dalam-dalam, maka dari gambaran ini banyak perincian-perincian yang bisa dipahami.

"Mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan" (QS. Al-Qomar- 7)
Menurut pendapat saya, pemandangan ini memperbaharui ingatan kita kepada pemandangan Kiamat yang sangat ajaib, yang kisahnya disebutkan di dalam hadits secara terperinci. Yaitu, pada hari Mahsyar, ketika semua makhluk dalam keadaan susah dan mereka sedih karena banyaknya musibah, mereka akan berfikir bahwa para nabi adalah orang-orang yang sangat tinggi derajatnya di sisi Allah swt. Dan hamba Allah yang makbul, maka jalan keselamatan dari musibah ini adalah dengan mendatangi para nabi dan meminta mereka supaya memberikan syafaat kepada mereka. Maka, pertama-tama mereka akan datang kepada Nabi Adam a.s. dan berkata, “Engkau adalah bapak kami. Allah swt. Menciptakan engkau dengan tangan-Nya. Dan Allah swt. telah menyuruh para malaikat bersujud di hadapanmu. Allah swt. sendiri telah mengajarkan kepadamu nama-nama setiap benda dan sebagainya, maka syafaatilah kami. Maka beliau menjawab, “Aku tidak bisa. Kalau aku ditanya, ‘Mengapa engkau memakan buah yang telah dilarang untuk dimakan?,’ maka aku akan menjawab apa?. Pergilah kalian kepada Nabi Nuh a.s.. Orang-orang ini akan datang kepada Nabi Nuh a.s. dalam keadaan susah. Beliau juga akan menyatakan tidak mampu. Beliau akan berkata, “Pada waktu terjadi banjir, aku telah meminta kepada Allah swt. supaya menyelamatkan anakku, dan ini adalah permintaan yang tidak pada tempatnya.” Pergilah kalian kepada Nabi Ibrahim a.s.. Beliau juga akan menyatakan ketidak mampuannya. Beliau akan menyuruh mereka supaya pergi kepada Nabi Musa a.s. Beliau juga tidak bisa mensyafaati mereka. Lalu beliau menyuruh mereka pergi kepada Nabi Isa a.s.. Beliau akan menyuruh mereka pergi kepada Rasulullah saw.. Dan kemuliaan ini hanya untuk Nabi Muhammad s.a.w.. Pada hari yang sangat menakutkan itu, beliau akan mengawali memberikan syafaat. Kisah ini sangat panjang. Di sini saya hanya ingin menunjukkan pemandangan tentang keadaan pada hari Mahsyar ketika orang-orang akan berlarian ke sana kemari dalam keadaan susah. Hari itu adalah hari yang sangat keras. Padang Arafah adalah gambaran yang persis dengan gambaran padang Mahsyar. Mereka berkumpul di padang yang gersang di bawah terik matahari dalam keadaan mengharap rahmat Allah swt. dan takut akan dosa-dosanya. Menurut pendapat saya, perkara yang patut direnungkan di padang Arafah adalah janji yang telah diambil dengan firman-Nya pada zaman azali. Yakni, di alam arwah, Allah swt. telah bertanya kepada semua ruh, “Bukankah Aku ini tuhan kalian?” Semua menjawab dengan serentak, “Benar, Engkau adalah Rabb kami.” Di dalam kitab Misykat terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang menyebutkan bahwa perjanjian ini terjadi di padang Arafah. Maka, waktu dan tempat ini adalah waktu untuk mengingat akan janji yang telah kita ikrarkan dan dengan cara apa kita telah menyempurnakan janji itu. Setelah itu, mengenai perkumpulan-perkumpulan di Muzdalifah, Mina, dan sebagainya, Imam Ghazali rah.a. berkata, “Berdesak-desakannya orang-orang, ramainya orang, berbedanya bahasa, berbedanya suara dan berjalannya setiap orang di belakang pemimpinnya di tempat-tempat itu mengingatkan akan pemandangan berjalannya setiap orang di belakang nabi dan pemimpin masing-masing pada hari Kiamat. Dan berlarinya setiap orang di alam yang penuh kesusahan dan ketakutan, kadang berlari ke sana dan kadang ke mari. Di tempat-tempat ini, hendaknya setiap orang selalu merendahkan diri dan banyak menangis karena ini akan berguna di alam akhirat.
Inilah rangkaian haji secara ringkas yang memperbaharui ingatan mengenai pemandangan-pemandangan di akhirat. Di sini saya menuliskannya dengan kata-kata yang ringkas sebagai isyarat saja. Bila dipikirkan dalam-dalam, maka dari gambaran ini banyak perincian-perincian yang bisa dipahami.
0 komentar:
Posting Komentar