Bab 4 Hakikat Haji Bag 4
Dalam banyak hadits disebutkan bahwa bagi laki-laki, yang terbaik adalah mengucapkan labbaik dengan suara yang keras. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jibril telah datarig kepadaku dan berkata, ‘Suruhlah sahabat-sahabatmu untuk mengucapkan Labbaik dengan suara keras seperti orang yang memanggil-memanggil.’”
Dalam hal hal ini jelas bahwa memanggil dengan nada memohon dan merayu merupakan ruhnya cinta. Dalam keadaan seperti itu, akhirnya ia sampai juga di kota Sang Kekasih dan ia masuk di kota Makkatul-Mukarramah.
Seorang penyair Urdu berkata:
Setelah mencari dan mencari, akhirnya kami sampai di rumahnya.
Ketika hati ini bingung, tiba-tiba muncul penunjuk jalan. Semangat hatilah yang telah menyampaikkan kami ke rumah kekasih.
Dalam hidup ini aku telah masuk di taman surga.
Saya sangat jarang mendengar guru saya, Syaikh Maulana Khalil Ahmad Nawwarallahu Marqadahu melantunkan syair. Akan tetapi, bila beliau pergi haji dan ketika sedang duduk di Masjidil-Haram, saya mendengar beliau melantunkan beberapa bait syair di bawah ini:
Di mana kami dan di mana sang kekasih.
Di dalam kesejukan udara di pagi hari ini kita telah bertemu.
Ini semua adalah kasih sayang-Mu.
Barangsiapa yang hatinya telah dilukai oleh perasaan cinta, bila ia telah sampai ke rumah sang kekasih, maka apa yang dirasakan dalam hatinya dan yang terpikir oleh otaknya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Seorang penyair Urdu berkata dalam sebuah syair:
Bagaimana seorang pecinta mampu menatap wajah kekasihnya. Nabi Musa a.s. saja jatuh pingsan di gunung Thur ketika tidak tahan melihat sang kekasih.
Setelah itu, dengan tidak disengaja kelakuannya tidak akan terkendali lagi. Kadang mencium dinding ini, kadang itu, kadang mencium pintu rumahnya, kadang menempelkan matanya dan meletakkan dahi dan kepalanya di dinding rumah sang kekasih.
Thawaf dimulai dengan mencium Hajar Aswad, yang di dalam hadits disebutkan sebagai tangannya Allah swt.. Oleh karena itu, mencium Hajar Aswad seolah-olah mencium tangan Allah swt.. Dan ini adalah karunia Allah swt. yang tiada taranya karena Dia telah memberikan keberuntungan ini kepada manusia.
Mungkin tidak ada perkara-perkara yang lazim dilakukan oleh para pecinta seperti mencium dinding rumah sang kekasih, mencium tangannya dan kakinya, yang tidak dijadikan oleh para penyair sebagai pokok pembahasan dalam syairnya sebagaimana dalam syair:
Bila aku telah sampai di kota Laila.
Aku mencium dinding ini dan dinding itu.
Rasulullah saw. meletakkan bibir beliau di atas Hajar Aswad lama sekali, sehingga air mata beliau bercucuran. Kemudian Rasulullah saw. melihat Umar r.a. juga berdiri di sampingnya dalam keadaan menangis. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Inilah tempat seharusnya air mata dialirkan.”
Menarik-narik kelambu Ka’bah juga merupakan satu pemandangan bagaimana seharusnya seorang yang jatuh cinta menarik-narik baju sang kekasih. Dan itu merupakan suatu bukti adanya rasa cinta di dalam hati.
Multazam yang merupakan satu bagian dari dinding Ka’bah adalah tempat yang penuh berkah dan tempat dikabulkannya doa. Sebuah hadits menyebutkan bahwa Rasulullah saw. dan para sahabat beliau pada waktu menunaikan haji selalu berada di Multazam dan menempelkan wajah ke atasnya.
Seorang pujangga Urdu berkata:
Hari ini aku melihat Arsyad dalam keadaan aneh.
Ia menangis di samping dinding seseorang.
Setelah itu, berlarian antara Shafa dan Marwah adalah suatu gambaran keadaan seseorang yang dilanda cinta. Tanpa memakai tutup kepala dan tanpa memakai baju, orang yang berhaji berlarian ke sana kemari. Seorang penyair Urdu berkata, “Wahai orang sufi, jika kamu berdoa baik untuk hamba yang hina ini, maka berdoalah supaya bertambah kecemasan orang-orang yang datang dan berjalan ke sana kemari di lorong-lorong jalan yang menuju kekasih. Kecemasan, kebimbangan, dan mondar-mandirnya seorang pecinta digambarkan oleh berjalannya orang yang berhaji dari satu tempat ke tempat yang lain. Pagi harinya masih ada di Makkah, dan sore harinya ke Mina dan bermalam di sana, dan pagi harinya pergi ke 'Arafah, sebuah padang yang tandus, Begitu tiba waktu sore, langsung ke Muzdalifah dan pada pagi harinya berjalan menuju Mina, siang harinya melanjutkan ke Makkah, dan sore harinya kembali ke Mina. Dalam hal ini, seorang penyair berbangsa Persia berkata:
Apakah cinta kepada Allah swt. bisa kurang daripada cinta kepada Laila.
Berjalan di lorong-lorong dalam mencari cinta ilahi itu lebih baik.
Setelah itu, melempar syaitan dengan kerikil adalah gambaran terakhir dari serangkaian gambaran-gambaran kecemasan dan kerisauan seseorang yang mencari cinta seperti layaknya seorang gila. Sebagaimana ornag gila, bila kegilaannya telah melampaui batas, maka ia akan melempari setiap orang dengan batu yang ia anggap mengganggu pekerjaannya.
Akhir dari semua itu adalah menyembelih binatang kurban, yang pada hakikatnya adalah mengorbankan nyawanya sendiri, Tetapi, Allah swt. dengan penuh kasih sayang dan kelembutan telah menggantinya dengan binatang, yakni dengan harta. Inilah keadaan terakhir dari sebuah perjalanan cinta. Seorang pujangga berkata:
Hanya dengan kematianlah sakitnya perpisahan bisa diobati.
Pada saat jenazahku dimandikan, itulah saatnya merayakan anugerah kesehatan.
Hanya kematian saja obat cinta.
Tidak ada obat yang lebih baik darinya.
Adanya pedang seseorang menebas leherku, adalah keinginan hatiku yang sudah tidak sabar ini.
Wahai maut, cepatlah datang kemari supaya masalah cepat selesai.
Sampai kapan hati ini menanggung derita malam perpisahan.
Dia meninggalkan aku dalam keadaan sekarat.
Wahai orang yang cinta mati syahid, tolong cegah dia.
Ini adalah isyarat ringkas mengenai pemandangan haji yang berkaitan dengan perhubungan cinta. Orang yang hatinya telah tergores oleh perasaan cinta, bahkan telah tergila-gila dengan Sang Kekasih, maka setejah sampai di sana nanti akan mendapati isyarat-isyarat tersebut. Untuk menjelaskannya secara terperinci, satu kitab yang tebal pun tidak akan cukup. Di samping itu, jazbah (semangat) yang ada di dalam hati tidak bisa dituangkan dalam buku.
Hari ini aku melihat Arsyad dalam keadaan aneh.
Ia menangis di samping dinding seseorang.
Setelah itu, berlarian antara Shafa dan Marwah adalah suatu gambaran keadaan seseorang yang dilanda cinta. Tanpa memakai tutup kepala dan tanpa memakai baju, orang yang berhaji berlarian ke sana kemari. Seorang penyair Urdu berkata, “Wahai orang sufi, jika kamu berdoa baik untuk hamba yang hina ini, maka berdoalah supaya bertambah kecemasan orang-orang yang datang dan berjalan ke sana kemari di lorong-lorong jalan yang menuju kekasih. Kecemasan, kebimbangan, dan mondar-mandirnya seorang pecinta digambarkan oleh berjalannya orang yang berhaji dari satu tempat ke tempat yang lain. Pagi harinya masih ada di Makkah, dan sore harinya ke Mina dan bermalam di sana, dan pagi harinya pergi ke 'Arafah, sebuah padang yang tandus, Begitu tiba waktu sore, langsung ke Muzdalifah dan pada pagi harinya berjalan menuju Mina, siang harinya melanjutkan ke Makkah, dan sore harinya kembali ke Mina. Dalam hal ini, seorang penyair berbangsa Persia berkata:
Apakah cinta kepada Allah swt. bisa kurang daripada cinta kepada Laila.
Berjalan di lorong-lorong dalam mencari cinta ilahi itu lebih baik.
Setelah itu, melempar syaitan dengan kerikil adalah gambaran terakhir dari serangkaian gambaran-gambaran kecemasan dan kerisauan seseorang yang mencari cinta seperti layaknya seorang gila. Sebagaimana ornag gila, bila kegilaannya telah melampaui batas, maka ia akan melempari setiap orang dengan batu yang ia anggap mengganggu pekerjaannya.
Akhir dari semua itu adalah menyembelih binatang kurban, yang pada hakikatnya adalah mengorbankan nyawanya sendiri, Tetapi, Allah swt. dengan penuh kasih sayang dan kelembutan telah menggantinya dengan binatang, yakni dengan harta. Inilah keadaan terakhir dari sebuah perjalanan cinta. Seorang pujangga berkata:
Hanya dengan kematianlah sakitnya perpisahan bisa diobati.
Pada saat jenazahku dimandikan, itulah saatnya merayakan anugerah kesehatan.
Hanya kematian saja obat cinta.
Tidak ada obat yang lebih baik darinya.
Adanya pedang seseorang menebas leherku, adalah keinginan hatiku yang sudah tidak sabar ini.
Wahai maut, cepatlah datang kemari supaya masalah cepat selesai.
Sampai kapan hati ini menanggung derita malam perpisahan.
Dia meninggalkan aku dalam keadaan sekarat.
Wahai orang yang cinta mati syahid, tolong cegah dia.
Ini adalah isyarat ringkas mengenai pemandangan haji yang berkaitan dengan perhubungan cinta. Orang yang hatinya telah tergores oleh perasaan cinta, bahkan telah tergila-gila dengan Sang Kekasih, maka setejah sampai di sana nanti akan mendapati isyarat-isyarat tersebut. Untuk menjelaskannya secara terperinci, satu kitab yang tebal pun tidak akan cukup. Di samping itu, jazbah (semangat) yang ada di dalam hati tidak bisa dituangkan dalam buku.
0 komentar:
Posting Komentar