Minggu, 27 Juni 2010

Bab 11 Penutup- Kisah-kisah Haji. Kisah ke-4

Kisah ke-4

Malik bin Dinar rah.a. berkata, "Aku sedang berjalan untuk menunaikan haji. Di tengah jalan, aku melihat seorang pemuda yang berjalan kaki tanpa membawa bekal dan kendaraan, dan tidak membawa air. Aku mengucapkan salam kepadanya. Ia menjawab salamku. Aku bertanya, "Wahai pemuda, dari manakah engkau datang?" Ia menjawab, "Dari sisi-Nya." Aku bertanya lagi, "Mau ke mana?" Ia menjawab, 'Mau ke sisi-Nya." Aku bertanya, "Mana bekalmu?" Ia menjawab, "Di dalam tanggungan-Nya." Aku berkata, "Jalan mu tidak bisa ditempuh tanpa bekal dan air. Baiklah, apakah engkau mempunyai sesuatu?" Ia menjawab, "Kaaf Haa Yaa' 'Ain Shaad." Ia berkata, "Ketika aku memulai perjalanan aku telah membawa lima huruf sebagai bekal." Aku bertanya kepadanya, "Lima huruf yang manakah itu?" Ia menjawab, "Allah swt. berfirman: Kaaf Haa' Yaa' 'Ain Shaad." Aku bertanya, "Apa maknanya?" Jawabnya, "Kaaf artinya Kaafi ( Dzat Yang Mencukupi ). Haa artinya Haadi ( pemberi hidayah ). Yaa' artinya Mu'wi ( Dzat pemberi tempat ) . 'Ain artinya Alim ( Yang Maha Mengetahui segala sesuatu ) dan Shaad artinya Shaadiq ( Yang benar dalam janjinya ). Maka barangsiapa yang temannya adalah Dzat Yang Mencukupi, memberi petunjuk, memberi tempat, mengetahui segala sesuatu, dan benar dalam janjinya, apakah masih memerlukan orang lain dan apakah masih takut kepada orang lain, dan apakah masih perlu membawa bekal dan air bersamanya?" Malik bin Dinar rah.a. berkata, "Mendengar ucapannya, aku ingin memberikan bajuku kepadanya, tetapi ia menolaknya. Ia berkata, "Telanjang dari baju dunia itu lebih baik. Kalau halal pasti dihisab dan kalau haram pasti akan mendatangkan adzab." Dan ketika malam telah mulai gelap, pemuda itu menengadahkan wajahnya ke langit dan berkata, "Wahai Yang Maha Suci, yang gembira dengan ketaatan hamba-Nya, dan tidak rugi oleh dosa-dosa hamba-Nya, berikanlah kepadaku yang menyebabkan Engkau senang, yakni taat. Dan ampunilah sesuatu yang karenanya Engkau tidak rugi, yakni dosa." Kemudian ketika orang-orang memakai pakaian ihram dan mengucapkan Labbaik, ia diam saja. Aku bertanya, "Mengapa engkau tidak mengucapkan Labbaik?" Ia menjawab, "Aku takut bila aku mengucapkan Labbaik, dan dari sana ada jawaban Laa Labbaik walaa Sa'daik (Labbaikmu tidak diterima dan Sa'daikmu tidak diterima). Yakni, Dia tidak mau mendengar suaraku dan Dia tidak akan memandangku." Setelah itu dia pergi. Kemudian aku tidak melihatnya di sepanjang perjalanan. Akhirnya aku melihatnya di Mina. la membaca beberapa syair yang maknanya, "Dia adalah Kekasih Yang Menyukai darahku dialirkan. Darahku di tanah Haram pun halal untuk-Nya. Dan di luar Haram pun, demi Allah, seandainya ruhku tahu bahwa ia bergantung kepada Dzat Yang Mahasuci, maka ia akan berdiri dengan kepala, bukan dengan kaki. Dan orang yang biasa mencaci maki janganlah mencaciku karena mencintai-Nya. Seandainya kalian melihat apa yang aku lihat, maka sekali-kali kalian tidak akan mencaciku. Orang-orang berthawaf di sekeliling Baitullah. Seandainya mereka berthawaf di sekeliling Allah, maka mereka tidak bergantung kepada tanah Haram. Pada hari raya, orang-orang berkurban kambing. Akan tetapi, pada hari itu Kekasihku mengurbankan jiwaku. Orang-orang telah selesai menunaikan haji, dan hajiku adalah sesuatu yang membuatku tenang. Orang-orang telah berkurban. Aku berkurban dengan darah dan nyawaku." Setelah itu ia berdoa, "Ya Allah, orang-orang telah mendekatkan diri kepada-Mu melalui berkurban. Dan aku tidak mempunyai sesuatu yang bisa aku kurbankan. Aku hanya memiliki nyawa. Aku persembahkan nyawaku kepada-Mu, maka terimalah Ya Allah." Setelah itu, ia menjerit dan jatuh meninggal dunia. Setelah itu ada suara gaib yang berkata, "Ia adalah teman Allah swt., orang terbunuhnya Allah." Malik bin Dinar rah. a. berkata, "Lalu aku mengurusi pengebumiannya. Dan sepanjang malam aku memikirkannya. Dalam keadaan seperti itu aku tertidur, dan dalam tidurku aku bermimpi bertemu dengannya. Aku bertanya, 'Bagaimana keadaanmu?' Ia menjawab, 'Aku telah diperlakukan seperti para syuhada Badar, bahkan dilebihkan dari mereka.' Aku bertanya, 'Mengapa engkau dilebihkan dari mereka?" la menjawab, "Mereka syahid dengan pedang musuh, dan aku syahid oleh pedang kerinduan kepada Allah swt.." ( Kitab Raudh )
Maksudnya, ia tidak melebihi sahabat dari segala segi, akan tetapi kelebihannya dalam satu segi sudah mencukupi. Karena keutamaan yang telah mereka peroleh, yakni kedudukannya sebagai sahabat Rasulullah saw. sangat tinggi, sehingga selain sahabat tidak bisa sampai ke derajat itu.


0 komentar:

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Blog ini berusaha menyampaikan kutipan-kutipan ayat-ayat suci Al Qur'an maupun hadits-hadits Nabi SAW, mengenai keutamaan melaksanakan ibadah haji dan umroh. Semoga bermanfaat ya...

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP